Latar Belakang

SEJARAH BERDIRI MA’HAD NURUL HAROMAIN

Pada tahun 1980-1987 Abuya Prof DR As Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliky Al Hasani (Yang dikenal dengan sebutan Syaikh Maliky) beberapa kali melakukan kunjungan dakwah di Indonesia dan bahkan sempat  tinggal beberapa lama untuk membuka majlis kajian ilmu yang dihadiri oleh banyak ulama di Kota Malang  yaitu di jalan Langsep. Suatu hari beliau menyempatkan berkeliling untuk mencari tanah yang akan dibangun sebuah pesantren. Setelah menemukan lokasi yang dirasa cocok, yaitu di wilayah Batu kota, maka transaksi jual beli pun segera hendak dilaksanakan. 

Bersama santri yang berkhidmah, yaitu KH. M Ihya’ Ulumiddin, beliau berangkat dari Malang menuju Batu untuk melakukan pembayaran kontan dengan harga yang telah disepakati, yaitu 45.000.000 (Empat puluh lima juta). Namun saat di sampai di lokasi, sang murid nyeletuk bahwa tanah yang akan dibeli sangat strategis dan sangat potensial untuk sebagian dijadikan kebun apel yang hasilnya kelak bisa menjadi support kebutuhan dana operasional pesantren. Mendengar hal ini, Abuya seketika membatalkan transaksi, dan menyatakan ini termasuk niat yang salah, bergantung pada apel dan bukan pada Tuhan yang menumbuhkan apel. 

Tidak lama sesudah itu melalui beberapa orang yang dipercaya, Abuya Assayyid Muhammad al Maliki setuju membeli sebidang tanah kurang lebih 6.500 M dengan harga hanya 10 juta rupiah yang berlokasi di desa Ngroto Kecamatan Pujon sekitar 8 KM dari kota Batu. Dalam kesempatan berikutnya KH Abdul Muiz yang juga salah santri Abuya al Maliki yang berkhidmah, sampai di lokasi tanah yang baru dibeli. KH Muiz langsung menyatakan ketakjuban karena beberapa bulan yang lalu sempat menemani Abuya meninjau dan menikmati alam pegunungan hingga sampai di daerah kecematan Pujon. Di lokasi tanah itulah Abuya turun dari mobil dan melemparkan batu ke area tanah.  

Tahun 1985, di tanah itu mulai dibangun dengan tiga bangunan utama, yaitu mushalla, asrama santri dan rumah tempat tinggal pengasuh. Abuya berpesan kepada KH. M. Ihya’ Ulumiddin untuk bersabar mengawal proses pembangunan karena beliau berkomitmen untuk mengupayakan biaya pembangunan murni dari uang pribadi yang dihasilkan dari memeras keringat dan bukan dari hadiah, sedekah atau bantuan apapun dari pihak lain. Oleh karena itulah tiga bangunan utama tersebut baru selesai 5 tahun kemudian. 

Pada hari Jum’at 4 Desember 1987, saat baru bangunan Mushalla yang telah rampung, Abuya al Maliki berkesempatan datang meninjau. Usai melaksanakan shalat dua rakaat, Abuya berdo’a: 

اللهم اجعل هذه البقعة بقعة مباركة، واجعلها مركزا للدعوة

Ya Allah, berkahilah tempat ini, dan jadikan sebagai tempat pusat untuk berdakwah’

Setelah itu beliau kundur, dan tidak pernah ke Pujon lagi. 

Tiga tahun kemudian, yakni tahun 1991 KH. M. Ihya’ Ulumiddin melaporkan bahwa tiga bangunan utama telah rampung seratus persen. Mendengar laporan ini Abuya menegaskan: “Itu pondokku, milikku dan bukan milikmu” 

KH M Ihya’ Ulumiddin yang sudah sangat mengerti maksud Abuya al Malikiy pun mengiyakan. dan beberapa lama kemudian Abuya al Maliky menyampaikan titah: 

“Pondok itu aku wakafkan untuk Islam dan kaum muslimin. Adapun kamu maka hanya sekedar Nazhir”

Oleh KH M Ihya’ Ulumiddin yang telah ditunjuk oleh Abuya al Maliki agar menjadi nazhir sekaligus pengasuh Pesantren ini kemudian diberikan nama “Ma’had Pengembangan & Dakwah NURUL HAROMAIN” 

Hal ini juga sebagai realisasi perintah Abuya al Maliki yang  yang tertulis dalam lampiran di bawah ini agar Pesantren nanti menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa utama pengantar pembelajaran serta hanya menerima santri lulusan Aliyah Pesantren. Berikut teks wasiat beliau:

بسم الله الرحمن الرحيم  السيد محمد علوي المالكي  خادم العلم الشريف بالبلد الحرام   وبالنسبة  لمعهد الحرمين، فإننا قررنا أن تبدؤا الدراسة في المعهد موقتاً وأن تختاروا الطلاب من الآن ولو عشرة. و الشروط معروفة. وأهمها أن يكون الطلاب كباراً متخرجين من المدارس العالية وأن تكون الدراسة بالعربية تماما تماما، وأن لا يقبل مستوى صغير أبدا. وبالله التوفيق. هذا ولا أنسى الترتيب والاستقرار  لقبول الدفعة الأولى من الطلبة لمعهد الحرمين، والأساس عندي  أن يكون التعليم باللغة العربية في جميع الدروس بلا استثناء. لأنه الذي لا يعرف التعلم بالعربية  لا مكان له في المعهد. هذا يكون في مدارس أخرى منها معهد دار السلام

Bismillahirrohmanirrohim

Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki,

Pelayan Ilmu Mulia di Tanah Suci,

Mengenai Ma’had Al-Haramain, kami telah memutuskan untuk memulai proses belajar mengajar di Ma’had tersebut untuk sementara waktu. Silakan pilih para santri mulai sekarang, meskipun hanya sepuluh orang. Persyaratannya sudah diketahui, yang terpenting adalah para santri tersebut haruslah dewasa, lulusan madrasah aliyah, dan proses belajar mengajar harus sepenuhnya menggunakan bahasa Arab, tanpa pengecualian. Tidak boleh ada santri yang masih muda yang diterima. Semoga Allah memberikan keberhasilan.

Hal ini saya sampaikan dengan tidak melupakan pentingnya ketertiban dan stabilitas dalam penerimaan generasi pertama. Prioritas saya adalah agar pembelajaran menggunakan bahasa Arab di semua mata pelajaran tanpa terkecuali, karena mereka yang tidak bisa belajar dalam bahasa Arab tidak memiliki tempat di Ma’had ini. Ini juga berlaku di ma’had yang lain, seperti Ma’had Darussalam.

LATAR BELAKANG PENDIRIAN MA’HAD ALY

Pondok pesantren berperan penting dalam mencerdaskan bangsa melalui pendidikan agama dan pembentukan karakter. Pondok Pesantren Nurul Haromain memiliki kualitas pendidikan dengan kurikulum yang mengintegrasikan ilmu agama dengan sosial kemasyarakatan. Pesantren ini menekankan pada pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an, Hadis, dan kajian keislaman, serta membentuk santri yang berakhlak mulia dan berwawasan luas. Dengan tenaga pengajar yang kompeten dan lingkungan belajar yang kondusif, Pondok Pesantren Nurul Haromain terus mencetak generasi muda yang aktif dalam dunia dakwah.

Keberadaan alumni yang tersebar luas menunjukkan bahwa pesantren ini telah berhasil mencetak generasi yang tidak hanya berkiprah di berbagai wilayah. Dengan jaringan yang kuat, para santri dan jamaah Nurul Haromain aktif berkontribusi dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, dakwah, hingga pemberdayaan masyarakat, sehingga memperluas dampak positif pesantren ini di berbagai kota dan daerah.

Untuk itu Pondok Pesantren Nurul Haromain perlu memiliki wadah formal sebagai upaya untuk lebih diakui oleh publik dan memperluas jangkauan pengaruhnya. Dengan adanya lembaga formal yang terstruktur, pesantren ini dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, serta memperkuat kredibilitas di mata masyarakat luas dan pemerintah. Wadah ini juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengoptimalkan potensi santri dan jamaah, memperluas jaringan kerjasama, serta memfasilitasi program-program unggulan yang dimiliki pesantren, sehingga keberadaannya semakin dihargai dan diakui sebagai lembaga pendidikan Islam yang berkualitas.

Pendirian Ma’had Aly merupakan solusi strategis untuk memberikan status formal yang diakui secara luas oleh masyarakat dan pemerintah. Dengan Ma’had Aly, pondok pesantren dapat mengembangkan jenjang pendidikan tinggi berbasis keislaman yang setara dengan pendidikan formal lainnya, sehingga lulusan pesantren memiliki legitimasi akademis yang lebih kuat. Dengan status formal ini, pesantren akan lebih mudah diakses dan diakui oleh khalayak, sekaligus memperkuat perannya dalam mencerdaskan bangsa.

Oleh sebab itu, Tujuan didirikannya Ma’had Aly di Pondok Pesantren Nurul Haromain adalah untuk memperkuat kualitas pendidikan Islam yang mendalam dan formal di lingkungan pesantren. Dengan adanya Ma’had Aly, pesantren ini dapat menyediakan jenjang pendidikan tinggi yang berfokus pada pendalaman ilmu agama, khususnya dalam kajian kitab klasik dan disiplin ilmu Islam lainnya. Santri yang belajar di Ma’had Aly Nurul Haromain akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi keilmuan yang lebih komprehensif dan terstruktur, sehingga mereka dapat menjadi ulama dan pemimpin yang mampu menghadapi tantangan zaman selain itu, Pondok pesantren nurul haromain pujon adalah salah satu pintu utama bagi para santri di Indonesia yang ingin melanjutkan studinya ke Rusyaifah Mekkah (Asuhan Abuya Assayyid Muhammad Bin Alawi Almaliki Alhasani).

Scroll to Top